Februari 14, 2009 —
JAKARTA - Bobot soal Ujian Nasional (unas) 2009 dipastikan lebih sulit dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Demikian pula, ujian akhir sekolah berstandar nasional (UASBN). Karena itu, dalam waktu dekat bakal diadakan pelatihan penyusunan naskah soal UASBN di seluruh provinsi. Badan Standardisasi Nasional Pendidikan (BSNP) berharap agar tingkat kesulitan itu bisa mendongkrak kualitas anak didik.
”Bukan untuk menakut-nakuti, tapi semata untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Yang panting, soal unas dan UASBN tidak keluar dari kurikulum yang dipakai sekolah,” ujar Ketua BSNP Prof Mungin Eddy Wibowo kemarin.
Soal unas SMP dan SMA murni disusun BSNP. Naiknya tingkat kesulitan ujian tersebut lantaran hasil unas bagi siswa SMA akan dijadikan indikator untuk masuk ke perguruan tinggi.
Memang, kata dia, hasil unas tahun ini belum menjadi acuan masuk perguruan tinggi. Namun, tahun-tahun ke depan arahnya ke sana. Menurut dia, jika kualitasnya tidak ditingkatkan, perguruan tinggi tidak percaya kredibilitas unas. ”Tiap tahun kami perbaiki kualitas ujian. Terlebih lagi tahun ini karena dikawal perguruan tinggi,” jelas Mungin. Selain itu, hasil unas dijadikan pertimbangan untuk memetakan sekolah, salah satu penentu kelulusan peserta didik, dan syarat sekolah mendapat bantuan pendidikan.
Meski begitu, Mungin mengimbau siswa tak perlu risau. Sebab, hasil unas bukan satu-satunya penentu kelulusan. ”Masih ada syarat lain. Misalnya, lulus mata pelajaran di sekolah. Jika hasil unas bagus, tapi ujian di sekolah gagal, siswa bisa dinyatakan tidak lulus,” terangnya.
Untuk UASBN (unas SD), penyusunan naskah soal 75 persen dilakukan provinsi dan 25 persen pemerintah pusat. Rencananya, BSNP menggelar pelatihan terhadap para guru penyusun naskah UASBN. Pelatihan dibagi dua sesi. Gelombang pertama dilaksanakan 18-25 Februari untuk 17 provinsi yang meliputi Indonesia Timur. Gelombang kedua berlangsung 28 Februari hingga 8 Maret untuk 17 provinsi lainnya.
Untuk penyusunan naskah UASBN SD/MI, tiap kabupaten/kota akan diambil tiga guru. Yakni, pengajar matematika, bahasa Indonesia, dan bahasa Inggris. Sedangkan guru pembuat naskah UASBN SDLB diambil per provinsi, yakni 18 guru.
Penyusunan naskah soal UASBN didampingi dosen dari perguruan tinggi terdekat yang sesuai dengan bidang keahliannya. Yakni, dosen matematika, bahasa Inggris, dan bahasa Indonesia. ”Dengan demikian, kami berharap agar kualitas soal unas dan UASBN terjaga. Output yang dihasilkan juga meningkat,” ujarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar